PENDAHULUAN
Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific. Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa dan Nusatenggara, sedangkan dengan Pasific di utara Irian dan Maluku utara. Di sekitar lokasi pertemuan lempeng ini akumulasi energi tabrakan terkumpul sampai suatu titik dimana lapisan bumi tidak lagi sanggup menahan tumpukan energi sehingga lepas berupa gempa bumi. Pelepasan energi sesaat ini menimbulkan berbagai dampak terhadap bangunan karena percepatan gelombang seismik, tsunami, longsor. Besarnya dampak gempa bumi terhadap bangunan bergantung pada beberapa hal; diantaranya adalah skala gempa, jarak epicenter, mekanisme sumber, jenis lapisan tanah di lokasi bangunan dan kualitas bangunan.
GEOGRAFI HALMAHERA
Letak astronomis
01° 00’ LS- 02° 20’ LU,
127° 25 ’ - 129° 00’ BT.
Letak geografis
Halmahera adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah timur pulau sulawesi yang berbentuk huruf K dengan batas laut maluku di sebelah barat, samudera pasifik disebelah utara dan timur, dan selat Obi di sebelah selatan
Sejarah Pulau Halmahera
Pulau Halmahera mulai terbentuk sekitar 55 juta tahun yang lalu karena adanya pergerakan lempeng pasifik, australia, dan Eurasia. Sebelum berbentuk K seperti sekarang ini, halmahera hanyalah pulau-pulau kecil yang terbentuk karena sistem subduksi yang menghasilkan busur kepulauan yang terapung kemudian karena adanya pergerakan lempeng diatas lalu bertemu dan jadilah Halmahera sekarang ini
KEADAAN TEKTONIK
Hubungan Halmahera dengan Pulau Lainnya
Halmahera adalah suatu gambaran tektonik yang cukup kompleks. Bentuk dua lengan Sulawesi timur dan Halmahera dapat disebandingkan dengan dua anak panah yang bergerak ke barat. Ini telah diketahui cukup lama bahwa lengan timur yang cembung ke arah barat terdiri dari ofiolit, dan busur barat terdiri dari gunungapi aktif, yang di Sulawesi telah padam pada zaman Kwarter. Sulawesi dan Halmahera merupakan busur kepulauan yang mengarah ke utara selatan yang cembung ke arah Pasifik dengan zona subduksi Sulawesi-Maluku yang miring ke barat.
Pergerakan Lempeng Pasifik ke arah barat yang mengikuti sistem sesar transform menjelaskan kompleksitas tatanan geologi kawasan Sulawesi-Halmahera. Selama pergerakan ini pulau Banggai dan Buton dibawa ke arah timur laut. Pergerakan Banda ke arah timur-barat hanya merupakan pelenturan, tidak membuat sesar besar sepertihalnya di Papua dan Sulawesi.
Sistem subduksi ini menjadikan halmahera sebagai daerah yang sangat aktif di Indonesia.
Berdasarkan intensitas kegempaannya, Badan Meteorologi dan Geofisika membagi wilayah Indonesia atas enam zona:
1. Daerah sangat aktif (Halmahera)
2. Daerah aktif (Lepas pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, Nusa Tenggara, Banda)
3. Daerah lipatan dan retakan (Pantai barat Sumatra, Sulawesi Tengah)
4. Daerah lipatan tanpa retakan ( Utara Jawa, Kalimantan Timur)Daerah Gempa Kecil (Sumatra Timur, Kalimantan Tengah)
5. Daerah Stabil (Selatan Irian, Kalimantan Barat)
KEGEMPAAN DI HALMAHERA
Karena wilayah halmahera adalah suatu sistem yang sangat aktif dan kompleks maka intensitas gempa yang terjadi sangat tinggi. Hal ini dikarenakan adanya suatu pola patahan halamahera yang di subduksi oleh lempeng oceanic pasifik sehingga lempeng bergerak ke barat dan menunjam ke arah lempeng maluku yang didesak pula oleh lempeng kontinen yang bergerak ke timur. Sementara itu lempeng halmahera juga mengalami sesar trasform dextral di sebelah selatan dengan lempeng eurasia serta sesar transform sinistral dengan lempeng oceanic ( pasific ) di sebelah timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar